1944di Jombang muncul motif Batik Pacinan bermotif kawung dengan warna merah dan hijau. Batik Jombang kemudian hilang karena kesulitan mendapatkan bahan baku dan berkurangnya jumlah tenaga pembatik. Pada tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Jombang 2006 mulai menggalakkan lagi pengembangan Batik Jombang. Inspirasi motif batik
Untuktampil indah dan bercorak Nusantara, maka baju batik bercorak Muslim menjadi pilihan yang menarik. Motif batik dalam busana muslimah (gamis) juga tetap memberikan kesan yang elegan dan meskipun kental dengan nuansa tradisional. Nah ini contoh gambar baju gamis batik yang gaya dan trendy. Harga Baju Batik
BatikKota Jombang masih terbilang baru, yang mana dikembangkan pada tahun 2000. Meski sudah dipajang di Museum Batik di Pekalongan Jawa Tengah, warga Jombang sendiri belum banyak mengetahui eksistensi batik kota kelahirannya sendiri. Salah satunya motif relief Candi Rimbi disatukan yaitu motif tawang dan kaning dengan warna dasar yang
LowonganKerja Gambar Motif Batik Kalimantan Batik Trusmi Juli 2022. Update Pkl: 02:04:35 pm | Tgl: Sabtu 16 Juli 2022 Jakarta, DKI Jakarta | Rp 3.000.000 | full-time
Tokobatik ini menawarkan berbagai macam jenis kain dan motif batik khas Indonesia dan berbagai daerah di Provinsi Jawa Timur. Batik untuk pria dan wanita tersedia disini dengan berbagai jenis seperti batik formal, batik lengan panjang dan pendek, casual, baik tradisional dan batik modern, batik tulis, sogan, batik couple dan lainnya.
WonosalamKabupaten Jombang. Sejak itu motif Batik Jombang menggunakan gambar relief candi Rimbi sebagai salah satu motif khasnya. Motif-motif gambar daun-daun dan bunga-bunga yang sebelumnya digunakan, tetap digunakan sepertif motif bunga melati, tebu, cengkeh, pohon jati dan sebagainya (Dyahwati et al., 2020).
Padatahun 2009, Batik Pusaka Suropati diakui di tingkat nasional dan telah diupakartikan. Tak hanya sampai di situ, batik khas Kota Pasuruan ini telah mendapat pengakuan dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Batik khas Kota Pasuruan ini juga telah memperoleh HAKI. “Memang sempat mengalami masa susah.
Namun keahlian Shuniyya ini cukup langka. Hanya dengan sekali pandang, dia bisa menebak motif, asal daerah, bahkan kisaran usia batik tersebut. TAMPIL anggun dengan jilbab, baju dan kain panjang bermotif batik Lasem, Shuniyya menjemput Jawa Pos di ujung jalan menuju rumahnya di kawasan Kalibata Utara, Jakarta, Jumat (20/1).
Seoranglaki-laki yang tengah serius mebuat pola gambar batik di Pesano Batik Jombang, Kamis (16/6/2022). (FOTO : Rohmadi/TIMES Indonesia) "Salah satu yang menjadi ciri khas dari batik kami yaitu setiap batik yang kami produksi pasti ada motif daun tebuireng dan dua njombangan. Itu yang tidak dimiliki oleh batik lainnya," jelasnya.
Sebutkanteknik-teknik dalam pembuatan batik. Sebutkan macam-macam motif batik Nusantara. Jawaban : Macam-macamnya yaitu motif sulur anggrek, motif mega mendung, motif jombang, motif tiga negeri, motif kawung, motif lasem, motif papua, motif sekar jagad, motif palembang, dan motif beasan. Demikian pembahasan kunci jawaban soal tema 3 kelas 5
Ip4I0. Jombang pada zaman dahulu merupakan sebuah daerah yang menjadi kekuasaan kerajaan Majapahit dan saat ini merupakan salah satu daerah yang masuk dalam wilayah Jawa Timur. Sehingga seni membuat baju batik sudah pernah ada dan dikenal oleh masyarakat wilayah ini sejak zaman kerajaan Majapahit dahulu. Walaupun begitu seni membuat baju batik di wilayah ini baru mulai kembali berkembang beberapa tahun belakangan ini. Hal ini dimulai pada sekitar tahun seribu sembilan ratus empat puluhan di sebuah desa yang bernama desa Candi Mulyo. Para ibu dan remaja di daerah tersebut memiliki keahlian dalam membuat baju batik dan motif baju batik yang mereka buar memiliki motif batik yang diberi nama motif batik Pacinan. Motif batik ini menggunakan motif batik kawung dengan warna merah bata dan juga menggunakan warna hijau daun pada motif baju batik yang mereka buat. Batik di wilayah ini kemudian sempat hilang dan tidak di produksi ketika penjajahan bangsa Jepang ke Indonesia. Batik di kota ini berhenti karena tidak adanya bahan baku untuk membuat batik dan selain itu banyaknya pembuat batik yang berhenti membuat batik di karena kan berbagai macam hal. Motif baju batik yang digunakan pada zaman dahulu oleh masyarakat Jombang pada umumnya menggunakan motif batik yang ide nya dari alam sekitar wilayah ini. Motif yang sering dipakai pada masa itu adalah bunga melati, motif batik cengkeh, motif batik pohon jati dan berbagai macam jenis motif batik lainnya. Kemudian saat ini motif baju batik yang khas dari kota ini telah disepakati menggunakan motif dan juga relief yang ada di Candi Arimbi. Motif ini kemudian dijadikan sebagai motif batik untuk lebih menjaga motif dan relief yang ada di candi tersebut lebih dikenal di berbagai wilayah Indonesia. Candi Arimbi ini adalah sebuah Candi yang terletak di wilayah Jombang dan merupakan salah satu peninggalan sejarah dari kerajaan Majapahit. Motif baju batik yang kemudian berkembang adalah motif batik tawang dan juga motif batik kaing yang menggunakan warna dasar hijau dan juga merah pada motif batik nya sebagai lambang dari kota Jombang itu sendiri.
JOMBANG – Ia adalah maestro batik Jombang. Seorang perintis batik Jombang yang terkenal dengan motif Candi Rimbi dan Ringin Contong. Maniati namanya. Dialah adalah orang pertama yang merintis batik khas Jombang, yang kini motifnya digunakan seluruh instansi baik negeri maupun swasta di Jombang. Bagi pegiat batik, namanya tidak asing lagi. Maniati lahir di Jombang 1935 silam. Ibu tujuh anak ini berasal dari Dusun Pelem, Desa Jatipelem, Kecamatan Diwek, Kabupeten Jombang. Sekilas tentang pendidikannya, ia mengawali masa kecil dengan bersekolah di Sekolah Guru Bantu SGB 1940-an selama kurang lebih 6 tahun. Kemudian, pernah mengenyam pendidikan di salah satu Sekolah Rakyat SR pada zaman penjajahan Jepang selama 4 tahun. Sejak kecil, Maniati mengaku suka menggambar. Dari beberapa mata pelajaran yang dia dapat di sekolah, dia paling suka dengan menggambar motif batik. Kemudian, selepas mengenyam pendidikan di SR dan SGB, ia pernah mengadi sebagai guru di sejumlah sekolah tingkat dasar. Pertama kali menjadi guru, Maniati mengabdi di SDN Kedungjati Kabuh. Beberapa tahun berikutnya, tempat mengajar Maniati berpindah pindah. Mulai di SDN Temuwulan Perak, SDN Tanggungan Gudo, SDN Godong Gudo dan SDN Jatipelem Diwek. Saking banyaknya sekolah, ia sampai tak ingat berapa jumlah sekolah tempat mengajar. Apalagi, minimnya guru kala itu membuat Maniati bekerja eksta mengajar di beberapa tempat, 2-3 sekolah setiap hari. Pengabdiannya sebagai guru dijalaninya kurang lebih 44 tahun. Kemudian, di tahun 1953, ia pertama kali memulai usaha batik. Kala itu, usahanya masih skala kecil dan mengajak beberapa orang di desanya bergabung belajar membatik. Usahanya sempat pasang surut karena dia sibuk mengajar. Tekat dia menggeluti usaha batik makin kuat, saatnjelang pensiun 1998-2000. Dia ingin fokus menggeluti usaha batik. Mulanya, batik tulis yang dihasilkan bermotif alam sekitar, seperti bunga, binatang dan budaya lokal. Misalnya batik Singo Wono, Peksi Hudroso dan batik motif lainnya. Seiring berjalannya waktu, usaha batik Maniati mulai dikenal di berbagai daerah. Dia bersama anak-anaknya, terutama anak ke-6, Ririn Asih Pindari sering mengikuti pameran batik di berbagai daerah. Dalam kesempatan itu, dia juga mengenalkan batik khas Jombang. Motif Candi Rimbi hingga Ringin Contong AWAL mula usaha batik di Desa Jatipelem, sebenarnya dia diundang Dinas Perindustrian Jombang bersama anaknya, Ririn Asih Pindari, untuk mengikuti beberapa kursus dan pelatihan membatik di Pemprov Jatim. Hasil dari pelatihannya itu diterapkan ke dalam usahanya hingga berkembang sampai sekarang. Di akhir 2000, Maniati meresmikan usaha batiknya dengan nama Sekar Jati Star. Kala itu, belum ada satupun rumah batik di tempat tinggalnyat. Bahkan, dia mengklaim, usaha batiknya muncul pertama di Jombang yang mampu mengembangkan usaha batik secara konsisten, serta memberdayakan warga setempat. Pada awal pemerintahan Bupati Suyanto, Maniati mendapat tawaran dari Pemkab Jombang untuk membuat motif batik khas Jombang. Dipilihlah saat itu motif candi Rimbi. Rencananya, motif dari batik tersebut digunakan seragam para pegawai di lingkup Pemkab Jombang. ”Pak bupati memberi gambar motif candi Rimbi ke saya. Lalu diminta untuk membuatkan motif batik,” ujarnya beberapa waktu lalu. Meski sempat ragu untuk membuatkan motif tersebut, namun berbekal tekat dan keuletan, dia mencoba membuat motif candir Rimbi. Agar hasilnya terlihat memiliki seni, dia menggunakan batik tulis. ”Saat itu pakai canting lalu saya buatkan,” kenangnya. Batik khas Jombangan ternyata cukup diminati setelah dirinya mengikuti pameran batik di Museum Batik Pekalongan. Beberapa pengunjung menilai motif batik Candi Rimbi asal Jombang yang dinilai mereka cukup menarik. Karena memadukan budaya lokal dengan ikon tempat bersejarah di Jombang. Hal itu tentu tidak dapat ditemui di daerah lain. ”Untuk hiasan yang ada di Batik Jombang memang saya buat sendiri. Selain untuk mengisi ruang yang kosong, hiasan ini untuk memperindah motif Candi Rimbi,” tandasnya. Lambat laun, batik Jombangan kian berkembang. Tepatnya, 2013 saat masa pemerintahan Bupati Nyono Suharli Wihandoko, ia bersama anaknya membuat desain baru perpaduan motif Candi Rimbi dengan motif Ringin Contong. ”Itu kami ajukan ke pak Nyono lalu diterima, saat itu dipakai seragam PKK,” pungkas dia. Batik Jombangan Go Internasional SELAIN pernah mengikuti berbagai macam pameran batik di Indonesia. Batik Jombangan buatan Maniati ternyata sudah Go internasional. Itu setelah, batik buatannya pernah diikutkan dalam sebuah pameran di Tokyo Jepang dan Yordania Timur Tengah. Maniati mengaku, yang menghadiri pameran di luar negeri bukan dirinya, melainkan anaknya Ririn Asih Pindari. Itu karena dia sudah tua sehingga secara fisik tidak mampu mengikuti kegiatan tersebut. ”Kalau saya sering mengikuti berbagai pameran di daerah undangan dinas atau Pemkab Jombang. Untuk pameran diluar negeri anak saya,” ujar perempuan usia 83 tersebut. Meski demikian, dia merasa sangat bangga. Karena hasil kreasi batik Jombang sudah dikenal di luar negeri. Batik Jombangan, lanjut ibu tujuh anak ini juga pernah diikutkan dalam Indonesia Fashion Week IFW 2015 di Jakarta Convention Centre Senayan. Kala itu, para pengunjung pemaran dibuat kagum dari hasil kreasi Batik Jombang. ”Itu juga yang mengenalkan anak saya,” tegasnya. Kini, karena keterbatasan usia, Maniati memilih istirahat dari dunia batik. Namun, usaha batiknya tetap berjalan dengan dikelola anak dan cucu. Bahkan, dia memberdayakan warga setempat untuk memproduksi batik cap maupun batik tulis. Selanjutnya, batik tersebut dipasarkan melalui rumah batik miliknya. ”Kalau produksi kadang disini, kadang di rumah mereka pekerja, Red masing-masing. Lalu mereka menyetorkan kesini,” papar dia. Selain itu, di rumah batiknya di Desa Jatipelem, juga sering dikunjungi siswa atau mahasiswa dari berbagai daerah untuk keperluan tugas sekolah maupun penelitian tentang Batik Jombang. Terakhir, digunakan mahasiswa Unesa untuk penelitan skripsi. ”Kalau SMK/SMA di Jombang setiap tahun selalu datang. Mereka ingin mengukuti pelatihan membatik,” paparnya lagi. Dia pun merasa senang dikunjungi siswa maupun mahasiswa. Karena menurutnya, batik adalah warisan budaya yang harus dijaga dan dikembangkan. ”Karena mereka adalah generasi bangsa. Sehingga kami sangat terbuka berbagi ilmu membatik kepada mereka,” pungkas Maniati. JOMBANG – Ia adalah maestro batik Jombang. Seorang perintis batik Jombang yang terkenal dengan motif Candi Rimbi dan Ringin Contong. Maniati namanya. Dialah adalah orang pertama yang merintis batik khas Jombang, yang kini motifnya digunakan seluruh instansi baik negeri maupun swasta di Jombang. Bagi pegiat batik, namanya tidak asing lagi. Maniati lahir di Jombang 1935 silam. Ibu tujuh anak ini berasal dari Dusun Pelem, Desa Jatipelem, Kecamatan Diwek, Kabupeten Jombang. Sekilas tentang pendidikannya, ia mengawali masa kecil dengan bersekolah di Sekolah Guru Bantu SGB 1940-an selama kurang lebih 6 tahun. Kemudian, pernah mengenyam pendidikan di salah satu Sekolah Rakyat SR pada zaman penjajahan Jepang selama 4 tahun. Sejak kecil, Maniati mengaku suka menggambar. Dari beberapa mata pelajaran yang dia dapat di sekolah, dia paling suka dengan menggambar motif batik. Kemudian, selepas mengenyam pendidikan di SR dan SGB, ia pernah mengadi sebagai guru di sejumlah sekolah tingkat dasar. Pertama kali menjadi guru, Maniati mengabdi di SDN Kedungjati Kabuh. Beberapa tahun berikutnya, tempat mengajar Maniati berpindah pindah. Mulai di SDN Temuwulan Perak, SDN Tanggungan Gudo, SDN Godong Gudo dan SDN Jatipelem Diwek. Saking banyaknya sekolah, ia sampai tak ingat berapa jumlah sekolah tempat mengajar. Apalagi, minimnya guru kala itu membuat Maniati bekerja eksta mengajar di beberapa tempat, 2-3 sekolah setiap hari. Pengabdiannya sebagai guru dijalaninya kurang lebih 44 tahun. Kemudian, di tahun 1953, ia pertama kali memulai usaha batik. Kala itu, usahanya masih skala kecil dan mengajak beberapa orang di desanya bergabung belajar membatik. Usahanya sempat pasang surut karena dia sibuk mengajar. Tekat dia menggeluti usaha batik makin kuat, saatnjelang pensiun 1998-2000. Dia ingin fokus menggeluti usaha batik. Mulanya, batik tulis yang dihasilkan bermotif alam sekitar, seperti bunga, binatang dan budaya lokal. Misalnya batik Singo Wono, Peksi Hudroso dan batik motif lainnya. Seiring berjalannya waktu, usaha batik Maniati mulai dikenal di berbagai daerah. Dia bersama anak-anaknya, terutama anak ke-6, Ririn Asih Pindari sering mengikuti pameran batik di berbagai daerah. Dalam kesempatan itu, dia juga mengenalkan batik khas Jombang. Motif Candi Rimbi hingga Ringin Contong AWAL mula usaha batik di Desa Jatipelem, sebenarnya dia diundang Dinas Perindustrian Jombang bersama anaknya, Ririn Asih Pindari, untuk mengikuti beberapa kursus dan pelatihan membatik di Pemprov Jatim. Hasil dari pelatihannya itu diterapkan ke dalam usahanya hingga berkembang sampai sekarang. Di akhir 2000, Maniati meresmikan usaha batiknya dengan nama Sekar Jati Star. Kala itu, belum ada satupun rumah batik di tempat tinggalnyat. Bahkan, dia mengklaim, usaha batiknya muncul pertama di Jombang yang mampu mengembangkan usaha batik secara konsisten, serta memberdayakan warga setempat. Pada awal pemerintahan Bupati Suyanto, Maniati mendapat tawaran dari Pemkab Jombang untuk membuat motif batik khas Jombang. Dipilihlah saat itu motif candi Rimbi. Rencananya, motif dari batik tersebut digunakan seragam para pegawai di lingkup Pemkab Jombang. ”Pak bupati memberi gambar motif candi Rimbi ke saya. Lalu diminta untuk membuatkan motif batik,” ujarnya beberapa waktu lalu. Meski sempat ragu untuk membuatkan motif tersebut, namun berbekal tekat dan keuletan, dia mencoba membuat motif candir Rimbi. Agar hasilnya terlihat memiliki seni, dia menggunakan batik tulis. ”Saat itu pakai canting lalu saya buatkan,” kenangnya. Batik khas Jombangan ternyata cukup diminati setelah dirinya mengikuti pameran batik di Museum Batik Pekalongan. Beberapa pengunjung menilai motif batik Candi Rimbi asal Jombang yang dinilai mereka cukup menarik. Karena memadukan budaya lokal dengan ikon tempat bersejarah di Jombang. Hal itu tentu tidak dapat ditemui di daerah lain. ”Untuk hiasan yang ada di Batik Jombang memang saya buat sendiri. Selain untuk mengisi ruang yang kosong, hiasan ini untuk memperindah motif Candi Rimbi,” tandasnya. Lambat laun, batik Jombangan kian berkembang. Tepatnya, 2013 saat masa pemerintahan Bupati Nyono Suharli Wihandoko, ia bersama anaknya membuat desain baru perpaduan motif Candi Rimbi dengan motif Ringin Contong. ”Itu kami ajukan ke pak Nyono lalu diterima, saat itu dipakai seragam PKK,” pungkas dia. Batik Jombangan Go Internasional SELAIN pernah mengikuti berbagai macam pameran batik di Indonesia. Batik Jombangan buatan Maniati ternyata sudah Go internasional. Itu setelah, batik buatannya pernah diikutkan dalam sebuah pameran di Tokyo Jepang dan Yordania Timur Tengah. Maniati mengaku, yang menghadiri pameran di luar negeri bukan dirinya, melainkan anaknya Ririn Asih Pindari. Itu karena dia sudah tua sehingga secara fisik tidak mampu mengikuti kegiatan tersebut. ”Kalau saya sering mengikuti berbagai pameran di daerah undangan dinas atau Pemkab Jombang. Untuk pameran diluar negeri anak saya,” ujar perempuan usia 83 tersebut. Meski demikian, dia merasa sangat bangga. Karena hasil kreasi batik Jombang sudah dikenal di luar negeri. Batik Jombangan, lanjut ibu tujuh anak ini juga pernah diikutkan dalam Indonesia Fashion Week IFW 2015 di Jakarta Convention Centre Senayan. Kala itu, para pengunjung pemaran dibuat kagum dari hasil kreasi Batik Jombang. ”Itu juga yang mengenalkan anak saya,” tegasnya. Kini, karena keterbatasan usia, Maniati memilih istirahat dari dunia batik. Namun, usaha batiknya tetap berjalan dengan dikelola anak dan cucu. Bahkan, dia memberdayakan warga setempat untuk memproduksi batik cap maupun batik tulis. Selanjutnya, batik tersebut dipasarkan melalui rumah batik miliknya. ”Kalau produksi kadang disini, kadang di rumah mereka pekerja, Red masing-masing. Lalu mereka menyetorkan kesini,” papar dia. Selain itu, di rumah batiknya di Desa Jatipelem, juga sering dikunjungi siswa atau mahasiswa dari berbagai daerah untuk keperluan tugas sekolah maupun penelitian tentang Batik Jombang. Terakhir, digunakan mahasiswa Unesa untuk penelitan skripsi. ”Kalau SMK/SMA di Jombang setiap tahun selalu datang. Mereka ingin mengukuti pelatihan membatik,” paparnya lagi. Dia pun merasa senang dikunjungi siswa maupun mahasiswa. Karena menurutnya, batik adalah warisan budaya yang harus dijaga dan dikembangkan. ”Karena mereka adalah generasi bangsa. Sehingga kami sangat terbuka berbagi ilmu membatik kepada mereka,” pungkas Maniati.
JOMBANG – Bupati Mundjidah Wahab komitmen mempromosikan Batik Jombangan. Salah satu caranya, mengenalkan desain batik lokal dalam momentum Jombang Fashion on The Street dalam rangkaian Hari Jadi Pemkab Jombang ke-112. Bupati merasa kagum ternyata Batik Jombang bisa terlihat memukau dan anggun jika didesain dengan baik. Berbekal warna alam dengan desain indah, maka batik khas Jombang bisa tampil cantik dan elegan. Hal itu ditunjukkan Lia Afif desainer nasional arek Jombang di Pendopo Jombang, kemarin 4/10. “Atas nama pribadi dan Pemkab Jombang saya merasa bangga, di Jombang ada desainer yang namanya sudah terkenal dimana-mana karena tangan kreatifnya,” ujarnya. Baju karya Lia Afif sudah cukup menasional. Untuk itu ia sengaja mengundang untuk mendesain batik khas Jombang. â€Ini juga akan kita kenalkan saat momentum Hari Jadi Pemkab Jombang, 15 Oktober di Pendopo Jombang nanti,’’ papar dia. Bupati menguraikan, berbagai upaya mempromosikan batik Jombang terus digaungkan. Salah satunya, mengikutsertakan batik khas Jombang di ajang Surabaya Fashion Street pekan depan. Termasuk berbagai ajang pameran lainnya. â€Dengan begitu kita ingin batik Jombang lebih dikenal luas guna meningkatkan nilai jual batik khas,’’ tambahnya. Dalam kesempatan itu, ia mendorong agar para desainer maupun perajin batik di Jombang terus berinovasi untuk mengenalkan batik Jombang. Pemkab Jombang siap memfasilitasi berbagai upaya untuk mengenalkan batik Jombang. â€Kita komitmen mengenalkan batik keluar daerah, salah satunya melalui pameran yang akan diikuti mbak Lia Afif,’’ tegas Mundjidah. Sementara itu, Lia Kusuma Ningdiah, 47, desainer fashion asal Sambongdukuh Jombang, mengaku berkolaborasi dengan salah satu pembatik lokal untuk membuat batik khas Jombang. Motif yang diusung tetap mengenalkan aneka keragaman Jombang. â€Untuk motif batik kita berkolaborasi dengan salah satu pembatik di Jombang. Motif ini mengenalkan aneka keragaman yang ada di Jombang,’’ ujar perempuan yang akrab disapa Lia Afif ini. Agar tampilan terlihat berbeda dengan batik pada umumnya, ia menggunakan warna alam. Prosesnya rumit dan membutuhkan beberapa tahap. Namun hasilnya dinilai luar biasa. â€Warna alam ini memberikan kesan elegan dan soft dipandang mata. Tidak terlalu mencolok,’’ tambahnya. Ia optimistis, desain batik yang ia kenalkan bakal banyak diminati masyarakat. Ke depan, dirinya yang sekarang berdomosili di Surabaya berharap, para pengrajin batik lokal lebih berinovasi dalam membuat batik dengan motif khas Jombang. â€Kreatifitas perajin ke depan harus ditingkatkan,’’ tegasnya. ang/bin/riz Reporter Anggi Fridianto JOMBANG – Bupati Mundjidah Wahab komitmen mempromosikan Batik Jombangan. Salah satu caranya, mengenalkan desain batik lokal dalam momentum Jombang Fashion on The Street dalam rangkaian Hari Jadi Pemkab Jombang ke-112. Bupati merasa kagum ternyata Batik Jombang bisa terlihat memukau dan anggun jika didesain dengan baik. Berbekal warna alam dengan desain indah, maka batik khas Jombang bisa tampil cantik dan elegan. Hal itu ditunjukkan Lia Afif desainer nasional arek Jombang di Pendopo Jombang, kemarin 4/10. “Atas nama pribadi dan Pemkab Jombang saya merasa bangga, di Jombang ada desainer yang namanya sudah terkenal dimana-mana karena tangan kreatifnya,” ujarnya. Baju karya Lia Afif sudah cukup menasional. Untuk itu ia sengaja mengundang untuk mendesain batik khas Jombang. â€Ini juga akan kita kenalkan saat momentum Hari Jadi Pemkab Jombang, 15 Oktober di Pendopo Jombang nanti,’’ papar dia. Bupati menguraikan, berbagai upaya mempromosikan batik Jombang terus digaungkan. Salah satunya, mengikutsertakan batik khas Jombang di ajang Surabaya Fashion Street pekan depan. Termasuk berbagai ajang pameran lainnya. â€Dengan begitu kita ingin batik Jombang lebih dikenal luas guna meningkatkan nilai jual batik khas,’’ tambahnya. Dalam kesempatan itu, ia mendorong agar para desainer maupun perajin batik di Jombang terus berinovasi untuk mengenalkan batik Jombang. Pemkab Jombang siap memfasilitasi berbagai upaya untuk mengenalkan batik Jombang. â€Kita komitmen mengenalkan batik keluar daerah, salah satunya melalui pameran yang akan diikuti mbak Lia Afif,’’ tegas Mundjidah. Sementara itu, Lia Kusuma Ningdiah, 47, desainer fashion asal Sambongdukuh Jombang, mengaku berkolaborasi dengan salah satu pembatik lokal untuk membuat batik khas Jombang. Motif yang diusung tetap mengenalkan aneka keragaman Jombang. â€Untuk motif batik kita berkolaborasi dengan salah satu pembatik di Jombang. Motif ini mengenalkan aneka keragaman yang ada di Jombang,’’ ujar perempuan yang akrab disapa Lia Afif ini. Agar tampilan terlihat berbeda dengan batik pada umumnya, ia menggunakan warna alam. Prosesnya rumit dan membutuhkan beberapa tahap. Namun hasilnya dinilai luar biasa. â€Warna alam ini memberikan kesan elegan dan soft dipandang mata. Tidak terlalu mencolok,’’ tambahnya. Ia optimistis, desain batik yang ia kenalkan bakal banyak diminati masyarakat. Ke depan, dirinya yang sekarang berdomosili di Surabaya berharap, para pengrajin batik lokal lebih berinovasi dalam membuat batik dengan motif khas Jombang. â€Kreatifitas perajin ke depan harus ditingkatkan,’’ tegasnya. ang/bin/riz Reporter Anggi Fridianto Artikel Terkait